Tantangan Baru Insan Pers di Era New Media

PWINews - Tantangan terbaru setelah reformasi adalah kesulitan memilah dan memilih informasi, setelah muncul new media berupa jejaring sosial facebok, twitter dan lain sebagainya.

Demikian disampaikan Ketua PWI Pamekasan Abd Aziz dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Peran Pers dalam Melawan Hoax dan Radikalisme" yang digelar polres di aula hotel Font One, Pamekasan, Kamis (7/6/2018).

"Ini terjadi, karena new media seperti faceboom dan twitter memberikan fasilitas kepada para penggunanya untuk mempublikasikan tulisan-tulisan mereka di jejaring sosial tersebut. Semua orang adalah produsen informasi," ujar Aziz.

Pewarta Perum LKBN Antara ini, lebih lanjut menjelaskan, hal tersebut menjadi tantangan bagi kalangan jurnalis untuk terus bisa meningkatkan kualitas berita yang harus mereka produksi. Sebab jika tulisan para jurnalis di media publik itu sama dengan masyarakat pengguna jejaring sosial pada umumnya yang juga bisa bisa melaporkan berita dimanapun, maka antara profesi jurnalis dengan masyarakat kontributor media sosial tidak ada bedanya.

Ironisnya lagi, sebagian media dan wartawan malah menjadi informasi masyarakat di facebook sebagai sumber berita. Padahal potensi bohong pada informasi tersebut sangat tinggi, sehingga berita yang ditulis wartawanpun juga bisa bohong alias hoax.

Terkait radikalisme, Aziz menyatakan, media perlu membantu dengan mengangkat tema-tema berita bernilai pruralisme, menghagai perbedaan paham, agama dan keyakinan.

Media juga perlu mengangkat nilai-nilai humanisme yang menjadi ajaran pokok semua agama, termasuk Islam. Kecenderungan kaum radikal, karena memandang sempit orang lain yang berpaham berbeda atau berkeyakinan berbeda.

Padahal, sambung mahasiswa Magister Media dan Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, inti ajaran Islam tentang kemanusiaan jelas sebagaimana tertuang dalam Al Quran Surat Al Maidah ayat 32 yang artinya menyatakan, "barang siapa membunuh sesorang dengan tanpa alasan yang bisa dibenarkan, maka sama halnya membunuh keseluruhan manusia, dan barang membantunya maka sama halnya dengan membantu keseluruhan manusia".

"Dengan demikian, misi kemanusiaan bagi kita sebenarnya merupakan misi utama yang perlu kita angkat melalui pemberitaan sesuai dengan kapasitas kita sebagai insan pers," ujar Aziz.

Maka sejatinya, membantu meredam atau memberantas radikalisme, hakikatnya adalah mengamalkan nilai kemanusiaan universal yang memang menjadi tuntunan agama disatu sisi dan cenderung menjadi laten membahayakan keutuham bangsa dan negara ini disisi lain.

FGD yang dilanjutkan dengan buka puasa bersama dengan sekitar 30-an orang perwakilan insan pers dari berbagai itu, sebagai upaya untuk menciptakan pemahaman bersama akan pentingnya peran aktif media dalam memberikan pendidikan publik dalam menyampaikan informasi yang benar, mendidik dan menjadi pegangan bagi masyarakat.

Termasuk, tentang radikalisme yang akhir-akhir mulai menggeliat ditandai dengan aksi pengeboman seperti yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo.

Kapolres AKBP Teguh Wibowo dalam kesempatan itu juga menyatakan, dukungan insan pers dalam menangkap berita bohong dan radikalisme sangat penting, sebab melalui pemberitaan media, maka upaya untuk menyebarkan sosialisasi bisa lebih luas. (PWI Pamekasan)

0 Response to "Tantangan Baru Insan Pers di Era New Media"

Post a Comment

Label Mobile